Upacara Hari Pahlawan di Loteng Berlangsung Khidmat

1256
Upacara Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2016 di Alun-Alun Tastura Praya

LOTENG, Wartantb.com — Upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November 2016 yang dilaksanakan di Lapangan Muhajirin Praya berlangsung Khidmat. inspektur Upacara, AKBP Nurodin mengingatkan agar momentum peringatan hari pahlawan nasional ini dijadikan sebagai momentum untuk mengimplentasikan semangat para pahlawan nasional yang mempertahankan kemerdekaan.

Nurodin yang membacakan amanat Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawangsa menegaskan, semangat para pahlawan mempertahankan kemerdekaan RI harus bisa dijadikan contoh dan teladan bagi generasi emas bangsa saat ini.

“Semangat pertempuran 10 November yang menelan nyawa pejuang harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa saat ini,” amanat Nurodin membacakan amanat Khofifah.

Nurodin melanjutkan, semangat para pahlawan yang sudah mulai redup saat ini harus bisa dikobarkan kembali di tengah goncangan krisis mental bagi generasi penerus.

Apa yang telah diperjuangkan para pahlawan 71 tahun lalu hendaknya bisa menggugah bangsa Indonesia untuk terus bersatu padu menyatukan langkah membangun negeri seperti cita-cita para pendahulu.

Dalam semangat hari pahlawan yang mengambil tema “Satukan Langkah untuk Negeri”, momentum terbaik ini tidak boleh diabaikan sama sekali. Apalagi, dengan kondisi bangsa Indonesia yang sedang carut marut di berbagai sektor, termasuk ekonomi, sosial hingga kebudayaan, semangat juang itu harus ditumbuhkan kembali.

Dengan tema itu pula, lanjut dia, ada harapan yang terpendam bisa menggerakan seluruh elemen bangsa untuk berpartisipasi membangun negeri sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing.

Sementara itu, Wabup Loteng, L Pathul Bahri yang ditemui usai kegiatan upacara mengatakan, yang paling sulit saat ini sebenarnya mempertahankan sikap dan mentalitas masyarakat agar bisa mempertahankan kemerdekaan.

Sebab, penjajahan dan rongrongan sejumlah kalangan yang ingin merebut kemerdekaan saat ini sudah tidak lagi dengan senjata. Tetapi dengan cara merusak generasi bangsa sehingga bangsa ini tidak sadar jika mereka sudah terjajah.

“Kalau kami atas nama pemerintah, itu tantangan yang paling nyata,” singkatnya. (ray/humas)