Mataram, Warta NTB – Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi berkunjung ke kantor Media Transcorp di menara Transcorp, di Jakarta, Senin (5/2/2018).
Saat itu, Gubernur NTB dua periode tersebut disambut oleh Pimpinan Redaksi sekaligus CEO CNN Indonesia, Titin Rosmasari dan Pimred Detikcom, Iin Yumianti.
Dalam kunjungan tersebut, Gubernur yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB) menggelar diskusi terkait dengan pembangunan daerah. Dalam diskusi tersebut, Gubernur TGB mempromosikan sejumlah potensi yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat NTB.
Mengawali paparan tersebut, Gubernur TGB menyampaikan, saat ini pemerintah di bawah kepemimpinannyan memiliki dua fokus program pembangunan, yaitu pertanian dan pariwisata.
Di bidang pertanian, NTB saat ini menjadi salah satu daerah penyandang pangan nasional. Karena produksi padi, jagung dan rumput laut, termasuk sapi mengalami surplus.
Sendangkan untuk pariwisata, sesuai dengan cita cita presiden RI, Joko Widodo, NTB sedang membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, sebagai salah satu destinasi Bali baru yang ditetapkan pemerintah pusat.
TGB menjelaskan, kawan tersebut akan membuka ruang ekonomi baru bagi masyarakat, termasuk dapat menyerap sekitar 50 ribu tenaga kerja dari putra daerah.
Kawasan ini juga lanjut TGB menjadi salah satu bagian yang dapat menunjang brand wisata yang dikembangkan oleh NTB saat itu, yaitu Muslim friendly tourism. Sejak diluncurkan branding tersebut papar TGB, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, terutama dari timur tengah mengalami peningkatan yang signifikan.
Selain itu, segmen wisata halal tersebut menjadi pelengkap wisata konvensional yang ada. Bahkan, para pengusaha di bidang pariwisata merasa memiliki banyak keuntungan sejak brand itu dikembangkan.
“Banyak yang meragukan kalau kehadiran segmen wisata halal ini akan mematikan wisata konvensional. Sekarang malah banyak yang bersyukur, karena membawa keuntungan,” jelas TGB.
Untuk menjamin keberlanjutan pariwisata tersebut, TGB menginisiasi program desa wisata atau lebih tepatnya wisata desa. Dimana, pemerintah daerah mengajak para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk menikmati keindahan-keindahan alam di desa, termasuk budayanya.
Begitu juga dengan, Geopark Rinjani yang saat ini sedang diusulkan untuk menjadi kawasan wisata warisan dunia atau UNESCO Global Geopark.
“Ini semata mata untuk keberlanjutan pariwisata di NTB,” ungkap TGB.
Terkait, dampak negatif yang timbul seiring berkembangnya pariwisata, Gubernur NTB dua periode tersebut menjelaskan nilai-nilai budaya, kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat harus tetap dijunjung tinggi. Karena, periwisata harus melihat dan menimbang dampak positifnya.
“Kalau ada anak-muda yang terdampak oleh berkembangnya pariwisata, maka tugas kitalah untuk mengawalnya,” tegas TGB.
Selain Geopark Rinjani, memaparkan kawasan strategis lainnya, yaitu Global Hub Bandar Kayangan dan Samota (Teluk Saleh, Moyo dan Tambora).
Bandar Kayangan, lanjut TGB merupakan kawasan yang belokasi di Kabupaten Lombok Utara yang telah ditetapkan sebagai kawasan andalan nasional, sesuai dengan PP 13 Tahun 2017 tentang Revisi RTRWN.
Kawasan tersebut terletak di salah satu dari sepuluh lokasi lintasan strategis dunia (UNCTAD, 2019). Terletak di jalur laut II kepulauan nusantara, “jalur tol laut” yang didedikasikan bagi dunia, sehingga kapal-kapal dari eropa, afrika, asia tengah, Australia, Asia Tenggara dan Asia Timur jauh bahkan dari negara-negara pasifik dapat melalui jalur-jalur tersebut dengan aman.
Karena itu, pemerintah provinsi telah membentuk Tim Percepatan Global Hub bandar kayangan dengan menyiapkan aspek infrastruktur, kelembagaan, konektivitas, investasi, lahan dan penyiapan masyarakat.
Untuk Samota, Gubernur TGB menjelaskan kawasan tersebut merupakan andalan nasional Sumbawa dan Kawasan Andalan Nasional Bima, sesuai pertauran pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional.
Kawasan ini memiliki sumber daya alam potensial dan prospektif dikelola secara berkelanjutan, yaitu Taman Baru, Taman Wisata Alam Laut, Taman Nasional Gunung Tambora, Kelautan dan Perikanan, Agroindustri dan Agrowisata. (WR-02)