Tembus Pasar Nasional, Garam Kualitas Premium Bima Mulai Dikirim ke Surabaya

1896
Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri melakukan panen perdana dan launching pengiriman garam kualitas premium Bima. Foto: Warid Mbojo

BIMA, Warta NTB – Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Kabupaten Bima tahun 2018 kembali melakukan terobosan dengan melakukan pengiriman perdana 5 kontainer produk garam rakyat kualitas premium ke PT Susanti Megah Surabaya yang berasal dari lahan di lima Desa sentra produksi.

Kegiatan panen raya garam dan launching pengiriman tersebut berlangsung, Selasa (16/10) dan di pusatkan di BBIP Lambu Desa Sumi, Kecamatan Lambu.

Kegiatan Panen perdana dan launching pengiriman garam premium dilakukan oleh Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri dan turut dihadiri oleh Direktur Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Dr. Ir. Abduh Nurhidayat M.Si dan Direktur PT. Susanti Megah Toni Winarko.

Pada panen perdana tesebut turut hadir pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Dandim 1608/Bima Letkol Inf Bambang Kurnia Eka Putra, Camat dan mitra kerja pemerintah daerah.

Bupati Bima dalam sambutannya mengatakan, Kabupaten Bima adalah salah satu daerah sentra garam yang dapat mendukung swasembada garam nasional karena memiliki potensi lahan tambak garam yang sangat luas, namun dalam pelaksanaannya masih menerapkan sistem konvensional (tradisional) dan masih bergantung pada tengkulak.

“Sejalan dengan implementasi Perpres Nomor 8 Tahun 2008 tentang kebijakan industri nasional untuk mendorong peningkatan kemampuan produksi garam nasional, swasembada ini ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan garam dan meningkatkan daya saing produk,” terang Bupati.

Bupati menambahkan, untuk mendukung program swasembada garam tahun 2018,  kebijakan program PUGAR diarahkan pada peningkatan produktivitas dan kualitas garam rakyat dengan menerapkan teknologi yang mudah diterima masyarakat melalui penerapan plastik geoisolator.

Direktur Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Dr. Abduh dalam sambutannya mengatakan, tentang pentingnya memenuhi pasokan garam nasional.

“Sejalan dengan pertumbuhan industri, maka kebutuhan nasional juga terus mengalami peningkatan karena hampir semua industri memerlukan garam,” terangnya.

Dr. Abduh  menambahkan, dengan luas lahan secara nasional yang hanya 30 ribu hektar, rata-rata produksi garam mencapai 60-80 ton per ha serta menghasilkan sekitar 3 juta ton.

“Artinya, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri masih perlu impor terutama untuk garam industri. Oleh karena itu Kementerian Koordinator kemaritiman sedang mengusahakan penambahan areal tambak di wilayah timur antara lain di NTT seluas 20 ribu ha,” urainya. (WR)