Sejarahwan Anhar Gonggong: Maulana Syaikh Pahlawan Hebat

1990
"Maulana Syaikh berhasil membangun dan menciptakan manusia yang tidak hanya beragama, tetapi juga berakal budi dan cinta tanah air, itulah nilai- nilai kepahlawanan yang paling utama," ujar ahli sejarah itu.

Jakarta, Wartantb.com — Wakil Ketua Tim Pengkaji dan Peniliti Gelar Nasional (TP2GN), Prof. Dr. Anhar Gonggong yang juga seorang sejarawan Indonesia menilai Pahlawan Nasional TGKH. Zainuddin Abdul Madjid yang lebih dikenal sebagai Maulana Syaikh adalah sosok pahlawan yang sangat hebat.

Kehebatan itu dilihat dari garis perjuangan Maulana Syaikh di bidang pendidikan dan membentuk  karakter yang baik sebagai modal terpenting bagi sebuah bangsa dan masyarakat. Beliau  membangun banyak pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan lainnya.

Sepanjang hidupnya beliau terus berjuang memberikan bekal pendidikan kepada anak-anak muda pada zamannya, adalah kehebatan luar biasa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Beliau memiliki keperdulian yang tinggi kepada masyarakat untuk bisa keluar dari kebodohan dan keterbelakangan. Inilah nilai-nilai kepahlawanan yang terpenting dan sesungguhnya.

“Maulana Syaikh berhasil membangun dan menciptakan manusia yang tidak hanya beragama, tetapi juga berakal budi dan cinta tanah air, itulah nilai- nilai kepahlawanan yang paling utama,” ujar ahli sejarah itu kepada sejumlah awak media saat acara penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional  kepada Maulana Syaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid oleh Presiden RI, Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Kamis (9/11/2017).

Dengan ditetapkannya Maulana Syaikh sebagai Pahlawan Nasional, maka hikmah/nilai-nilai yang harus diteladani kedepan, menurutnya, generasi muda NTB harus terus memperkuat dan menyiapkan diri dengan pendidikan, berusaha menguasai teknologi serta menyiapkan diri untuk mampu bersaing sekaligus mampu menyiapkan untuk pandai bekerja sama.

Ia mengatakan bahwa kesalahan terbesar selama ini, orang cenderung hanya menggembar-gemborkan untuk bekerja dan bersaing, tetapi bersaing belum tentu bisa bekerja sama.

“Jika hanya bersaing dan tidak mampu bekerja sama, bagaimana mungkin bisa mencapai hasil yang maksimal,” tegasnya.

Persepsi yang keliru ini harus dihentikan. Tetapi  seharusnya kita tidak hanya pandai bersaing, namun juga pandai bekerja sama, pungkasnya.[WR/H]