Sebelum NQ, Diduga Ada TKW Lain yang Jadi Korban Penipuan Oknum Pol PP

4604

BIMA, Warta NTB – Kisah asmara dan petualangan cinta Sang PolPP Abdul Azis alias AA nampaknya berbuntut panjang, setelah beberapa waktu yang lalu seorang perempuan berinisial NQ Buruh Migran Indonesia (BMI) Hongkong asal Desa Sakuru, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima mengungkapkan kisah asmaranya dengan AA yang berujung penipuan.

Kini muncul satu orang korban lain, seorang TKW Taiwan asal Desa Boke, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima yang diduga menjadi korban penipuan AA dengan modus yang sama, yakni madus asmara dan percintaan yang berbuntut penipuan. Perempuan berinisial SR ini diduga menjadi korban AA sebelum NQ.

Perempuan kelahiran 1979 ini kepada Redaksi Warta NTB mengaku pertama kali mengenal AA pada tahun 2013 dan hubungannya berakhir pada awal tahun 2017, setelah Sang PolPP memblokir semua kontak Hp dan media sosial milik korban.

Namun selama perkenalannya dengan AA yang lebih kurang selama 4 tahun dia mengaku mengalami kerugian puluhan juta. Tak beda jauh dari NQ, modus yang sama juga dilakukan AA terhadap SR, yakni kata rayu dan janji manis akan dinikahi yang berujung pada permintaan uang dan materi.

“Awal perkenalan saya dengan AA melalui WA Group Arab Saudi sekitar bulan 6 tahun 2013. Dia japri ke saya minta kenalan dan saat itu dia sering kirim foto meski pada awalnya tidak saya tanggapi, namun karena sering komunikasi akhirnya kami nyambung dan sepakat pacaran,” katanya, Rabu (1/9/2021).

Janda berusia 42 tahun ini kembali menceritakan, pertama kali AA meminta uang kepada dirinya setelah satu bulan kenalan, saat itu sang PolPP beralasan bahwa motornya ditilang polisi karena tidak membawa surat-surat sehingga dia meminta uang Rp 2,5 juta untuk menebus motornya.

Pertama kali dia meminta uang melalui perantara temannya berinisial ND yang juga nomor rekeningnya sering digunakan oleh AA untuk meminta uang kepada para korban termasuk NQ dan SR.

“Kedua orang ini berteman, bulan pertama perkenalan, AA sudah meminta uang dengan alasan motor Shogun miliknya ditilang Polantas, saya pun mengirimkan sejumlah uang yang diminta melalui rekening ND,” ungkapnya.

Setelah beberapa bulan kemudian lanjut SR, Sang PolPP kembali meminta uang Rp 4 juta dengan alasan Hpnya rusak sehingga akan mengganggu komunikasi antara keduanya. Oleh karena itu, SR berinisiatif mengirim Hp langsung dari Taiwan.

“Saat itu kalau tidak salah, Hp Samsung keluaran terbaru yang saya kirim langsung dari Taiwan. Saya kirimkan atas nama Abdul Azis dengan alamat Desa Rora, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima,” terangnya.

SR mengakui, saat awal-awal pacaran komunikasi antara keduanya sangat lancar bahkan On selama 24 jam. Dia sendiri mengaku luluh dan jatuh hati pada AA karena rayuan dan janji manisnya menikah setelah ia kembali pulang ke Indonesia sehingga dengan rayuan tersebut apa yang diminta AA selalu dituruti baik uang maupun materi padahal usia keduanya terpaut jauh karena AA lebih muda.

“Untuk merayu wanita, saat awal perkenalan kata-kata anak ini sangat sopan dan merendah sehingga bisa meluluhkan hati wanita, namun ketika dia meminta uang sangat memaksa dan merengek-rengek seperti anak kecil, mau tidak mau karena sudah pacaran saya pun terpaksa mengirimkan uang yang diminta,” ujarnya.

Tak beda jauh dengan cara yang digunakan kepada NQ, kepada SR dia juga meminta uang jatah bulanan yang selalu dikirim oleh korban setiap bulan dengan kisaran Rp 1 – 1,5 juta terkadang mencapai angka Rp 2 juta per bulan, belum lagi untuk kebutuhan yang lain.

“Kalau untuk jatah bulanan, dia selalu meminta setiap saya gajian dan rata-rata saya kirim Rp 1 – 1,5 juta bahkan mencapai angka Rp 2 juta per bulan, belum lagi untuk kebutuha lain. Hidup anak ini sangat mewah beda dengan anggota PolPP yang lain, selalu terjamin karena dia memanfaatkan uang bulanan dari hasil jerih payah kami membanting tulang di negeri orang,” tuturnya.

Selain uang bulanan yang selalu dikirim oleh korban, selama lebih kurang 4 tahun pacaran, Sang PolPP juga meminta uang dari SR untuk membangun toko di depan rumahnya di Desa Rora sebagai tempat usaha bersama ketika mereka sudah menikah dan SR kembali ke Indonesia nanti.

Apa yang disampaikan oleh Sang PolPP disambut baik oleh SR karena niat itu dianggap baik untuk kelanjutan masa depan mereka dalam menjalani mahligai rumah tangga seperti yang diharapkan.

Awal rencana itu pada tahun 2014, ketika kakak perempuan AA berinisial SN butuh uang Rp 5 juta, saat dia dalam penampungan untuk pemberangkatan menjadi TKW Singapura. Karena kakaknya butuh uang oleh AA menawarkan kepada SR untuk membeli atau ganti rugi kios yang ditinggalkan kakaknya di depan rumahnya di Desa Rora, saat itu kios tersebut baru hanya pondasi dan berdiding papan.

“Karena dibujuk AA akhirnya saya mau mengganti rugi kios tersebut dan mengirimi uang Rp 5 juta sesuai kebutuhan kakanya,” ujarnya.

Setelah membayar ganti rugi kios, AA kembali membujuk SR untuk melanjutkan pembangunan kios ke kios permanen dengan modal uang dari SR. Karena sudah diyakinkan oleh AA akan dinikahi dan pertimbangan kios tersebut akan dijadikan usaha bersama setelah menikah nanti, akhirnya korban pun mulai mengirimkan uang untuk membangun kios hingga selesai bahkan mengirim uang untuk mengisi kelengkapan kios seperti etalase dan kebutuhan lain.

“Pengiriman uang saat itu tidak sekaligus, tapi secara bertahap, saya kirim setiap ada kebutuhan, uang yang saya kirim berfariasi ada Rp 3 juta, 4 juta, 5 juta. Kalau saya hitung-hitung uang yang saya keluarkan untuk membangun kios tersebut mencapai angka Rp 50 juta dan semua bukti transfer atas nama Abdul Azis dan temannya ND ada sama saya” sebutnya sembari membeberkan bukti transfer kepada Redaksi Warta NTB.

Setelah pembangunan kios selesai, kekecewaan pun harus dia hadapi dan pil pahit pun harus dia telan kebahagian yang diharapkan pun hilang dalam sekejap karena laki-laki yang diharapkan menjadi pendamping hidupnya telah hilang kontak, saat itu dia sadar bahwa dirinya telah ditipu dan dimanfaatkan dengan modus asmara.

“Seketika itu dia hilang kotak, nomor Hp, WA dan semua akun media sosial saya diblokir oleh dia. Kejadian itu awal tahun 2017 dan setelah itu saya dapat kabar bahwa dia telah pacaran dengan NQ,” katanya menyesal.

Sadar dirinya telah ditipu, akhirnya SR menghubungi keluarganya di Bima untuk mencari keberada AA di kantornya di Dompu dan tempat tinggalnya di Desa Rora untuk mempertanggungjawabkan kerugian yang dialaminya.

“Salah satu kerabat saya yang anggota polisi mendatangi kantor AA dan AA mengakui perbuatanya, namun saat itu dia hanya menyanggupi mengembalikan Rp 25 juta dan dia berjanji batas pengembalian dilakukan pada bulan 7 tahun 2018, namun hingga sekarang uang tersebut tidak pernah dia kembalikan,” tuturnya.

Setelah viral di media, soal asmara NQ dan AA yang berbuntut tuduhan penipuan, dia pun menghubungi Redaksi Warta NTB untuk membeberkan terkait apa yang dialaminya. Kisah dia hampir sama dengan NQ dan pelakunya pun orang yang sama.

“Kami menduga ini adalah modus penipuan yang sudah direncanakan karena dari berita yang saya baca, apa yang dialami oleh NQ hampir sama dengan yang saya alami karena pelakunya orang yang sama demikian juga dengan dua rekening yang digunakan, yakni rekening AA dan temannya ND,” ungkapnya.

Selain itu, dia juga mendapat informasi, sebelum dirinya jadi korban, ada juga TKW lain berinisial JN warga Kempo Dompu yang jadi korban AA.

“Setelah saya telusuri sepak terjang AA dari teman-teman TKW lain, sebelum saya dan NQ, ada juga korban lain, yakni JN, TKW asal Kempo Dompu,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pihaknya bersama TKW lain yang mengalami kerugian atas ulah AA akan menggalang persatuan untuk memberikan efek jera dengan mengambil langkah hukum dengan menyewa kuasa hukum, karena mereka yakin dengan bukti-bukti yang dimiliki dapat menjebloskan AA ke penjara

“AA jangan berkelik lagi, kasus ini akan kami bawa ke ranah hukum, bukti-bukti transfer ke rekening mu dan teman mu ND ada semua pada kami demikian juga screenshot hasil percakapan, cukup kami yang jadi korban jangan ada lagi TKW lain,” pesannya.

Sementara terkait adanya pengakuan dari korban baru, Abdul Azis yang dihubungi Warta NTB melalui sambungan telepon, Jumat (3/9/2021) pagi mengaku memang mengenal dan menjalin hubungan serius hingga pacaran dengan SR.

“Saya memang berkenalan dengan SR di media sosial WA group pada tahun 2013 lalu dan menjalin hubungan, sampai kedua orang tua kami pun tahu hubungan kami selama 3 tahun lebih itu,” ungkapnya.

Sementara terkait pernyataan bahwa dia pernah meminta uang untuk tebusan motor yang ditilang polisi dan perbaikan Hp itu semua dibantah olehnya.

“Pengakuan masalah saya meminta uang itu semuanya tidak benar, mulai dari meminta uang untuk menebus motor yang ditilang oleh Polantas dan uang jatah bulanan, itu semua tidak benar,” bantahnya.

Sementara terkait, uang pembangunan kios/toko, diakui AA bahwa toko tersebut dibangun oleh almarhum ayahnya untuk kakaknya yang saat ini sedang menjadi TKW di Singapura.

“Soal pembangunan toko dari awal toko itu yang membangun adalah almarhum ayah saya untuk kakak saya yang sekarang berada di luar negeri tepatnya di Singapura. Oleh karena kakak saya masih di luar negeri almarhum berpesan, apabila kakak belum kembali dan saya sudah menikah, maka kami bisa menggunakan toko yang dibangun oleh almarhum,” katanya.

Soal pengakuan SR yang mengirimkan uang Rp 5 juta untuk kebutuhan kakaknya yang ada di penampungan, itu semua dibantah oleh AA.

“Semua yang disampaikan itu tidak benar karena pada saat saya berhubungan dengan SR kakak saya sudah berada di Singapura,” ujarnya.

Sedangkan pernyataan SR yang menyebutkan AA didatangi oleh kerabatnya yang anggota polisi diakui oleh Sang PolPP dan membantah jika mengakui akan mengembalikan uang SR Rp 25 juta.

“Apa yang disebutkan oleh SR ada kerabatnya anggota polisi yang mendatangi saya memang benar dan yang datang dua orang, satu anggota polisi dan yang satu tidak saya ketahui dia bekerja dimana,” tuturnya.

Namun saat itu, anggota polisi tersebut hanya menanyakan apa benar dia mengenal SR dan apakah benar dia pernah meminjam uang pada SR dan apa hubungan dia dengan SR.

“Saat itu saya menjawab bahwa SR adalah manta pacar saya dan soal pinjam uang saya membantahnya karena saya tidak pernah sama sekali meminjam uang pada SR,” katanya mengisahkan.

Setelah itu anggota polisi dan temannya pulang menggunakan mobil setelah meminta nomor Hp AA dan berkat akan menghubungi dan datang kembali, namun hingga sekarang tidak ada kabar.

Anggota Sat PolPP kontrak yang bertugas di Kantor Camat Woja ini mengaku memang berniat untuk menikahi SR, namun karena SR belum bisa pulang ke Indonesia dengan berbagai alasan hinggga pada akhirnya hubungan mereka putus karena berbagai persoalan.

“Memang pada dasarnya saya berniat menikahi SR, namun selama 3 tahun saya menyuruh dan menunggu SR pulang dia tidak mau pulang dengan alasan ini dan itulah, hingga hubungan kami putus dan saling blokir kontak,” terangnya.

Sementara terkait bukti-bukti transfer yang dibeberkan RS dengan nomor rekening dirinya dan temannya ND, lagi-lagi dibantah oleh AA dengan alasan bahwa uang yang dikirim melalui rekening dirinya dan ND yang memiliki usaha BRILink bukan semata-mata untuk dirinya.

“Iya memang benar uang itu dikirim ke rekening saya dan ND, tapi uang itu bukan untuk saya, SR meminta bantuan agar uang itu ditransfer kembali ke rekening anaknya yang kuliah di Mataram, demikian juga dengan kebutuhan orang tuanya. Semuanya saya transfer sesuai permintaan SR,” jelasnya.

Kalaupun ada yang lebih, SR yang meminta agar saya menggunakan uang itu untuk kebutuhan saya, seperti membeli rokok, isi bensin motor dan kebutuhan lainnya.

“Saat ini saya memang tidak memegang bukti transfer karena saya tidak tahu masalahnya akan jad seperti ini,” ungkapnya.

Dia sendiri menduga rentetan peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir adalah upaya beberapa pihak untuk merusak nama baik dan ingin menghancurkan rumah tangganya.

“Saya mengira upaya ini adalah semata-mata ingin merusak nama baik saya dan ingin menghancurkan rumah tangga saya dan yang paling utama mereka ingin mempermalukan saya di tempat saya bekerja,” pungkasnya. (WR-02)