Presiden Jokowi: Al-Azhar Institusi Pendidikan Besar Melahirkan Orang-orang Besar

1335
Presiden menutup konferensi dengan harapan hasil-hasil konferensi yang ada dapat bermanfaat untuk membangun moderasi dan toleransi di tengah-tengah masyarakat.

Mataram, Wartantb.com — Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo menegaskan bahwa Al-Azhar merupakan sebuah institusi besar yang melahirkan orang-orang dengan pemikiran besar. Jokowi menegaskan itu saat menutup Konferensi Internasional Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar dan Multaqa Nasional IV Alumni Al-Azhar Cabang Indonesia, di Islamic Center NTB, Kamis (19/10/2017).

Penutupan tersebut ditandai pemukulan Gendang Beleq oleh Presiden didampingi Wakil WOAG, Prof. Dr. Muhammad Fadhiel El-Qoushi, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi selaku Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) cabang Indonesia, Mustasyar, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifudin dan Menteri Setkab, Pramono Anung, disaksikan para ulama dari berbagai negara dan ribuan santri.

Dengan pemikiran besar itu menurut Jokowi, maka alumni-alumni Al-Azhar dapat membangun pemahaman masyarakat tentang moderasi dan toleransi. Karena moderasi dan toleransi merupakan hal penting bagi sebuah bangsa dengan masyarakat yang penuh keberagaman, baik agama, suku maupun bahasa.

Selain itu, Presiden kelahiran Solo tersebut mengisahkan pertemuan-pertemuannya dengan presiden, perdana menteri, atau kepala pemerintahan serta tokoh-tokoh dunia pada konferensi dan summit apapun. Yang dirinya ceritakan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Hal kedua yang Jokowi sampaikan kepada kepala-kepala Negara di dunia adalah, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, sekitar 250 juta jiwa, 17 ribu pulau, dan lebih 1.100 bahasa. Indonesia yang besar ini menurutnya, tidak banyak diketahui oleh tokoh-tokoh dunia.

“Banyak yang terkaget-kaget saya ceritakan ini,” ungkap Jokowi di hadapan sekitar seribu masyarakat dan peserta konferensi yang hadir.

Negara yang besar ini lanjut Jokowi, dengan kamajemukan masyarakatnya seperti perbedaan agama, suku dan bahasa merupakan karunia Allah SWT yang harus disyukuri. Sehingga perlu dirawat dengan sungguh-sungguh dan dikelola dengan baik serta penuh kehati-hatian.

“Ada pesan beliau yang masih saya ingat, kalau ada gesekan kecil segera selesaikan,” Ungkap Jokowi ketika menceritakan pesan Presiden Afganistan kepadanya saat bertemu dalam sebuah konferensi. Karenanya, Jokowi mendukung tema yang diusung dalam konferensi tersebut, yaitu Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi.

Terlebih menurut Jokowi, bagaimana membangun dakwah yang merangkul semua, terutama anak-anak muda dengan metode-metode efektif seperti media sosial. Di era milenia saat ini dakwah di media sosial dapat dikatakan efektif untuk merangkul anak muda. Dengan demikian, moderasi dan toleransi dapat dipahami dan diterima oleh para generasi muda.

“Kewajiban kita bersama ke depan adalah membangun dakwah-dakwah untuk generasi milenia, agar moderasi Islam dan tolerasi dipahami betul oleh anak-anak muda kita,” kata Jokowo.

Karena itu, Jokowi mengajak semua untuk membangun ukhawah islamiyah, ukhawah wataniah, ukhawa basyariah kita. Karena inilah yang dibutuhkan negara ini dalam rangka mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.

Presiden menutup konferensi dengan harapan hasil-hasil konferensi yang ada dapat bermanfaat untuk membangun moderasi dan toleransi di tengah-tengah masyarakat. [H/WR]