Peresean, Seni Adu Ketangkasan Suku Sasak

4881
Nilai-nilai kesabaran, rendah hati dan saling menghormati sangatlah kental pada upacra ini. Setiap selesai pertarungan, para petarung saling pelukan dan saling memaafkan. Foto: Lombok Traveling

Wartantb.com – Salah satu dari sekian banyak adat Lombok yang menyimbolkan keberanian dan kejantanan pemuda Suku Sasak adalah peresean. Seni tarung adu ketangkasan dengan menggunakan tongkat penjalin (rotan) dan ende (perisai) merupakan seni tarung yang memiliki nilai-nilai seni dan filosofi yang tinggi.

Upacara Peresean biayasanya diadakan pada musim kemarau untuk meminta hujan. Namun, seiring berkembangnya zaman, peresean tidak lagi diadakan hanya pada musim kemarau. Kini Peresean kerap diadakan pada perayaan adat ataupun upacara-upacara nasional seprti hari kemerdekaan. Di masa kini bahkan terkadang Peresean diadakan dalam rangka memperingati upacara pihak-pihak, intansi atau kelompok-kelompok tertentu.

Sejarah

Kegiatan Peresean sangatlah kental akan nilai-nilai seni dan buadaya. Peresean juga mengandung nilai histories yang sangat kental, yaitu untuk mengenang legenda Ratu Mandalika. Selain itu, nilai yang terkandung dalam upacara Peresean itu adalah bagaimana seorang pemuda Sasak harus memiliki ketangguhan, ketangkasan dan keberanian yang sangat tinggi.

Di hadapan penonton yang banyak, petarung sangatlah dituntut untuk bertarung secara sportif, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk dan curang. Dengan demikian maka petarung tersebut bisa dipandang sebagai petarung yang punya kemampuan, keberanian dan harga diri.

Baca Juga: Menyaksikan Parade Toleransi di Pawai Ogoh-ogoh Kota Mataram

Upacara Peresean ini juga terkenal dengan nilai-nilai kesakralannya. Pertarungan ini dikenal sebagai upacara dan doa memohon kepada Tuhan agar menurunkan hujan pada musim kemarau. Masyarakat Sasak percaya semakin banyak petarung yang mengeluarkan darah dalam pertarungan Peresean , maka hujan pun akan segera turun dengan derasnya.

Peresean merupakan seni pertarungan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki Sasak. Petarungan ini biasa dipanggil pepadu dalam istilah peresean itu sendiri. Selama kedua petarung tersebut saling uji ketangnkasan, pertarungan akan terus diamati oleh wasit (pekembar). Dalam Peresean, pekembar sedi (wasit yang mengawasi jalannya peresean dari pinggir arena) dan pekembar tengaq (wasit yang mengawasi jalannya peresean di tengah arena).

Selama upacara Peresean berlangsung inilah, para petarung saling serang menggunakan tongkat rotan dan saling menangkis menggunakan perisai yang terbuat dari kulit kerbau yang sangat tebal. Keberanian, ketangguhan dan ketangkasan petarung akan terus diuji selama upacara Peresean ini berlangsung.

Pada seni budaya Peresean ini unik. Sebelum pertarungan, petarung sama sekali tidak memiliki persiapan dan mengetahui siapa yang akan menjadi lawan tarungnya. Petarung akan mengetahui siapa yang akan menjadi lawannya pada saat itu juga, keunikan yang lainnya adalah ketika upacara peresean berlangsung (betarung), di sela-sela pertarungan akan diperdengarkan alunan musik khas Sasak.

Baca Juga: Nyongkolan, Sebuah Tradisi Unik Suku Sasak

Petarung harus menghentikan Peresean untuk sementara menari-nari mengikuti alunan musik yang dimainkan. Meskipun Peresean sebagai seni adu ketangkasan tidak jarang para petarung yang mengeluarkan darah atau luka-luka terna pukulan rotan (penjalin).

Nilai-nilai kesabaran, rendah hati dan saling menghormati sangatlah kental pada upacra ini. Setiap selesai pertarungan, para petarung saling pelukan dan memaafkan seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Bagi anda yang berkunjung ke Kota Mataram akan disuguh dengan upacara Peresean ini jika beruntung, mengingat pelaksanaannya yang tidak diadakan setiap hari. Namun sebelum berkunjung, ada baiknya anda menyimak agenda-agenda dinas pariwisata kota mataram atau menanyakan langsung kepada agen-agen perjalanan anda mengenai waktu dan tempat upacara Peresean ini akan berlangsung. (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram)