Nasi Puyung adalah salah satu kuliner khas Pulau Lombok dengan racikan bumbu dan campuran lauk pauk tertentu, diolah dan disajikan dengan cara tertentu.
Ciri khas Nasi Puyung yakni dibungkus dengan daun pisang. Namun kini sudah banyak disajikan dengan piring. Satu porsi Nasi Puyung tidak terlalu banyak, sehingga cocok untuk sarapan ataupun untuk “pengganjal” perut di malam hari.
Bila anda sedang mengunjungi Pulau Lombok, tak lengkap rasanya bila tak mencoba Nasi Puyung. Sambil menikmati keindahan panorama alam Pulau Lombok, yuk kita ulas tentang sejarah dan rasa istimewa dari Nasi Puyung.
Cikal Bakal Nasi Puyung
Sebelum kita intip bagaimana cacra pengolahan dan juga bumbu-bumbu yang digunakan dalam membuat Nasi Puyung, kita mulai dari riwayat singkat Nasi Puyung.
Puyung sendiri merupakan nama sebuah kampung di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Orang yang pertama kali memperkenalkan Nasi Puyung, yakni Inaq (Ibu) Esun berasal dari Kampung Puyung. Jaraknya dari kota Mataram sekitar 20 Km ke arah tenggara. Lebih tepatnya searah jalan menuju Bandara Internasional Lombok.
Inaq Esun telah berjualan Nasi Puyung sejak tahun 1970-an.
Riwayat Nasi Puyung sendiri diceritakan dari mulut ke mulut. Belum ada hasil riset yang dilakukan secara resmi. Sebutan lain dari Nasi Puyung yakni, Nasi Balap. Beragam cerita pula mengapa disebut Nasi Balap.
Konon, tahun 80an nasi ini menjadi incaran para geng motor sebagai “pengganjal” perut di malam hari.
Mirip dengan riwayat Nasi Jinggo di Bali tahun 80-an juga menjadi kegemaran para Jenggo sebutan untuk anggota geng motor waktu itu.
Karena Nasi Puyung jadi kegemaran anggota gang motor kala itu, makanya disebut Nasi Balap. Sebab anggota geng motor identik dengan pembalap.
Ada pula versi lain menceritakan penyebutan Nasi Balap mengacu pada proses pembuatan yang cepat dan juga tingkat kepraktisanya yang mudah dibawa ke mana-mana berupa nasi bungkus daun pisang.
Dalam versi lain lagi diceritakan, penyebutan Nasi Balap berawal dari seorang cucu Inaq Esun yang berprofesi sebagai pembalap lokal.
Konon kisahnya, setiap kali cucu Inaq Esun memenangi lomba balap motor, ia selalu megajak teman-temanya makan Nasi Puyung di tempat sang nenek. Sejak saat itu Nasi Puyung juga dikenal dengan Nasi Balap.
Di kalangan mahasiswa Kota Mataram dari tahun 80an hingga kini sangat akrab dengan menu Nasi Puyung untuk sarapan dan makan malam.
Sebab dengan harga Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu cukup bersahabat untuk kantong anak kos. Bahkan istilah Nasi Balap jadi anekdot di kalangan mahasiswa. Karena rasa Nasi Puyung yang seper pedas, makanya tentu harus cepat, bak pembalap.
Itulah sekelumit cerita asal mula adanya Nasi Puyung di Pulau Lombok. Sekarang mari kita tengok isinya. Sekilas kalau kita lihat, tak ada yang istimewa dari Nasi Puyung.
Numun keistimewaan itu akan kita dapatkan setelah kita buka isi dalam bungkusan daun pisang itu.
Sajian Nasi Puyung
Nasi Puyung dalam porsi biasa yang disajikan dalam bungkusan daun pisang berisi satu kepal nasi putih.
Lauk pauknya terdiri dari ayam suwir, sayur kacang panjang atau buncis oseng-oseng, kentang parut goreng kriuk, abon sapi, kacang kadelei goreng, ayam goreng cincang dan sambal pedasnya yang khas.
Sebagai opsional anda bisa menambahkan telur asin khas Lombok.
Selain warung Nasi Puyung yang menjadi usaha turun-temurun Inaq Esun di Jalan Sriwijaya, Kota Mataram, anda bisa menemukan banyak warung Nasi Puyung di Pulau Lambok.
Bahkan kini, menu Nasi Puyung telah disajikan di berbagai rumah makan besar dan restoran di Pulau Lombok.
Nasi Puyung yang disajikan di restoran tentu sudah dikembangkan dengan menambah variasi lauk-pauk yang lain. Misalnya ada yang menambahkan menu daging bebek suwir, abon belut dan lain-lain.
Porsinya semakin besar, sehingga cocok pula untuk menu makan siang. Harganya pun bervariasi dari Rp 10 ribuan hingga Rp 25 ribuan.
Kemasyhuran Nasi Puyung Pulau Lombok sudah menyebar ke berbagai wilayah. Seperti halnya Warung Ayam Taliwang, Warung Nasi Puyung pun kini telah menjamur di mana-mana.
Para penggemar Nasi Puyung yang berada di Luar Pulau Lombok, bahkan kerap memesan Nasi Puyung untuk dikirimkan ke tempat mereka. Pengiriman dilakukan melalui pengiriman kilat maskapai penerbangan.
Mereka yang memesan Nasi Puyung di Luar Lombok bisanya sudah menjadi langganan tetap para pemilik Warung Nasi Puyung.
Pemesanan Nasi Puyung biasanya untuk keperluan makan siang usai rapat di kantor. Kelihatan repot, memang. Tapi untuk sebuah alasan rasa, sulit kita jelaskan dengan kata.
Demikian ulasan singkat tentang Nasi Puyung yang juga dikenal dengan sebutan Nasi Balap, menu khas Pulau Lombok.
Selamat datang di Pulau Lombok, selamat menikmati sensasi Nasi Puyung. Melalui kuliner kita belajar tentang rasa. Dengan rasa kita jalin persaudaraan sepanjang masa. [TRL]