Meraih Ketaqwaan di Bulan Ramadhan

1742
Penulis: Amar Alhaq

Opini
Ditulis Oleh: Amar Alhaq
Mahasiswa Sosiologi Universitas Mataram

Tahun 2020 yang lalu, bulan suci ramadhan kita lalui dengan suasana yang berbeda. Wabah pandemi Covid-19 yang melanda wilayah Indonesia menyebabkan pemerintah selaku pihak berwenang yang memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan terkait percepatan penanganan wabah pandemi Covid-19, mengambil langkah tegas dengan menghimbau dan menutup tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan keramaian seperti tempat ibadah umat, pertokoan, perkantoran,  dan sekolah di tutup. Adanya keputusan pemerintah menyebabkan sebagian besar aktivitas masyarakat dilaksanakan di rumah, aktivitas ibadah di bulan suci ramadhan dlaksanakan di rumah, aktivitas belajar mengajar dan aktivitas bekerja dilaksanakan pula di rumah. Ini adalah bentuk ketaatan dan kepatuhan masyarakat pada pemimpinnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. An-Nisa : 59)

Waktu yang begitu cepat berlalu, alhamdulillah Allah Swt memberikan kita kembali bertemu dengan bulan suci ramadhan 1442 H. Tentunya kita semua pasti bahagia dengan datangnya bulan suci ramadhan ini Bahagia dengan datangnya bulan suci ramadhan juga disebut dengan  Tarhib Ramadhan. Tarhib sendiri berasal dari kata : rohaba – yurohhibu, yaitu menyambut. Kata tarhib pula berasal dari sama yang embentuk kata Marhaban. Marhabansendiri artinya selamat datang. Maka Tarhib Ramadhan adalah selamat datang bulan suci ramadhan. Nabi Muhammad saw bersabda:

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW. memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda: telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa di bulan itu, di bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan di bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan”, Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan (HR. al-Nasa’i).

Allah Swt masih memberikan kita kesempatan kembali bertemu dengan bulan suci ramadhan karna ada beberapa asbab:

Pertama, Allah menginginkan agar kita bermuhasabah (mengevaluasi diri) atas segala salah lalu kemudian bertaubat kepadanya sebagaimana hadist Nabi Muhamad saw yang artinya :

“Apabila telah datang malam pertama bulan Ramadhan, maka setan dan pemimpin-pemimpinnya dibelenggu. Pintu-pintu Surga dibuka dan tidak ada yang ditutup. Lalu ada suara yang berseru, ‘Hai orang yang mencari kebaikan, teruskanlah. Hai orang yang mencari keburukan, berhentilah. Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang dari neraka. Dan itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, 3/66; HR. Ibnu Majah, 1/526 No. 1642; HR. Ibnu Hibban, 8/221 No. 3435).

Kedua, Allah menginginkan agar kita senantiasa mengisi bulan suci ramadhan dengan memperbanyak ibadah dan amal shaleh. Allah Swt berfirman dalam Q.S. Ar Ra’ad Ayat 29 yang artinya : “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”.

Imam At-Thobari dalam Jami’ Al-Bayan menuliskan bahwa Muadz bin Jabal ra berkata: Ketika Rasulullah saw datang ke Mekkah maka puasa yang dilakukan oleh beliau adalah puasa Asyura dan puasa tiga hari pada setiap bulannya, hingga akhirnya Allah mewajibkan puasa ramadhan, dan Allah menurunkan ayat-Nya yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 183)

Dalam pandangan sosiologis ada yang dikenal dengan teori dramaturgi Erving Goffman. Teori Dramaturgi merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa di dalam kegiatan interaksi satu sama lain sama halnya dengan pertunjukkan sebuah drama. Dalam hal ini, manusia merupakan aktor yang menampilkan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu melalui drama yang dilakukannya. Identitas seorang aktor dalam berinteraksi dapat berubah, tergantung dengan siapa sang aktor berinteraksi (Widodo, 2010:167).

Goffman membagi kehidupan sosial menjadi dua bagian : Pertama, “wilayah depan” (front stage) dan “wilayah belakang” (back stage). Wilayah depan merupakan peristiwa sosial yang menunjukkan seseorang menampilkan peran individunya dihadapan orang lain. Sebaliknya wilayah belakang ibarat panggung sandiwara yang merupakan tempat invidu bersantai, mempersiapkan dirinya untuk berlatih memainkan perannya di panggung depan.  

Barangkali kita pernah menemui orang yang mengatakan dirinya berpuasa namun sebenarnya ia tidak berpuasa. Inilah kemudian merujuk pada teori dramaturgi bahwa orang tersebut sedang memainkan perannya agar terlihat baik dihadapan manusia lainnya (panggung depan, namun yang terjadi sebenarnya adalah ia tidak berpuasa (panggung belakang)

Maka bulan suci ramadhan kali ini hendaknya kita laksanakan dengan sebenar-benarnya ibadah dan sebenar-benarnya puasa mengharapkan ridhanya Allah Swt bukan agar terlihat baik dihadapan manusia. Semoga pada akhir ramadhan nanti kita termasuk orang-orang yang bertaqwa. Selamat melaksanakan Ibadah Ramadhan 1442 H.