Kreatif, Pemuda Lombok Barat Ini Ciptakan Alat Pembakar Sampah Tanpa Asap

1998
Uji coba alat Pembakaran Sampah Tanpa Asap ciptaan Yudi Indra dan Komang Agus di acara Bursa Inovasi Desa, Lombok Barat.

GIRI MENANG, Warta NTB – Bagi masyarakat, membakar sampah adalah solusi praktis mengurangi volume sampah. Tapi yang tidak diperhitungkan oleh mereka adalah asapnya tidak hanya membuat hidung siapa pun di sekitarnya menjadi tertutup tapi juga emisi dari bakar-bakar sampah ini sangat mencemari udara.

Paling sial bila angin bertiup ke satu arah rumah, maka rumah itu pun sepanjang malam akan dipenuhi bau asap dan yang pasti penghuninya menghirup cemaran udara ini.

Mengatasi hal tersebut, para pemuda Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Lombok Barat berinisiatif merancang suatu alat. Yudi Indra dan Komang Agus sang perancang, menamakan inovasi mereka dengan nama PESTA (Pembakaran Sampah Tanpa Asap). Alat ini berfungsi mengurai asap sisa pembakaran sampah.

Ditemui dalam acara Bursa Inovasi Desa (BID) milik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) di Gedung Budaya Narmada, Lombok Barat pagi tadi (25/7/2019), Yudi dan Komang memaparkan hasil penemuannya itu.

“Alat ini sementara kita beri nama PESTA (Pembakaran Sampah Tanpa Asap). Tapi fungsinya untuk mengurai asap dari pembakaran sampah,” jelas Yudi Indra pengurus Bank Sampah Pulo Kecil Tunggal Kayun Desa Lembuak, Kecamatan Narmada.

Yudi bersama Komang Agus beberapa tahun terakhir memang aktif di bank sampah. Ini yang membuat mereka selalu memikirkan berbagai macam cara untuk menangani persoalan sampah di Kecamatan Narmada. Alat ini adalah salah satu dari sekian buah pikiran Yudi dan Komang. Menariknya, ide untuk membuat alat ini justru muncul dari sebuah kejadian unik.

Yudi menuturkan dirinya terinspirasi oleh ucapan seorang bidan di sebuah Puskesmas yang menegurnya karena kedapatan merokok.

“Saat itu saya sedang asik merokok. Kemudian ada bidan yang menegur saya. Dia bilang boleh merokok asal asapnya ditelan,” tuturnya.

Ia awalnya merasa canggung dengan teguran dari bidan tersebut. Karena ia berpikir perkataan bidan tersebut menyindir atau melarangnya merokok di area Puskesmas.

“Saya pikir bagaimana kita mau merokok kalau asapnya ditelan,” pikirnya.

Namun dari sana justru Yudi akhirnya berpikir bagaimana ide menelan asap rokok itu digunakan untuk menelan asap sampah. Ia pun akhirnya berkomunikasi dengan temannya Komang mencari cara agar membuat alat yang bisa menelan asap sampah.

Upaya Yudi dan Komang tidak berjalan mulus begitu saja. Mereka memiliki keterbatasan dalam mencari bahan untuk alat yang akan dibuat. Sehingga, keduanya memutuskan untuk mencari bahan bekas yang bisa digunakan.

“Kami cari galon bekas, pipa plastik dan pipa besi. Itu kemudian disusun dan disambung jadi sistem seperti ini,” jelasnya sambil menunjukkan desain yang sudah selesai dibuat.

Pipa tersebut terhubung ke sejumlah galon yang didesain untuk menampung asap. Masing-masing galon terhubung untuk mendorong asap dari galon kosong ke galon yang sudah berisi air.

Sistem perpipaan saluran asap ini dibantu dengan mesin bor bekas untuk mengaduk air di dalam galon dan mesin pompa air. Jadilah asap sampah yang masuk ke sistem terurai dengan sempurna berupa air dan air ini bisa dimanfaatkan menjadi pupuk pestisida organik dan sudah di uji coba dari mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

“Tapi sebelumnya kami berkali-kali gagal baru bisa seperti ini,” ungkapnya.

Alat yang dibuat Yudi dan Komang Agus ini terlihat berhasil menguraikan asap dengan sempurna. Kepulan asap pembakaran sampah di dalam tungku kecil dibuat hilang sama sekali setelah keluar dari galon bekas. Ini diyakini menjadi solusi penanganan sampah di masa depan.

Mengingat alat yang baru saja diselesaikan Yudi dan Komang ini masih dalam bentuk prototype, rencananya alat pengurai asap ini akan terus dikembangkan agar bisa digunakan sehari-hari.

Di tempat yang sama, Camat Narmada Baiq Yeni Satriani Ekawati menuturkan merasa bangga yang luar biasa ditunjukan kepada pemuda yang ada di Desa Lembuak dengan adanya alat pengurai asap dari sisa pembakaran sampah.

“Dari beberapa kelompok pemuda ini, mereka melakukan dengan duduk bersama dan diselesaikan semua dari pemikiran yang bisa dia lakukan sehingga bisa terbentuk alat ini,” katanya.

Yeni memberikan support, motivasi dan menginformasikan kepada teman-teman di desa yang lain untuk ditiru dan berinovasi di dalam mengatasi sampah.

“Kita tahu membakar sampah hal yang tidak boleh dilakukan. Apalagi sekarang menjadi program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Zero Waste dalam mengatasi sampah di Kabupaten Lombok Barat,” jelasnya. (WR)