Kebut Pembangunan Bendungan Meninting, BWS Temui Pemilik Lahan

1383
Pertemuan Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid beserta jajaran utama BWS NT 1 dengan warga pemilik lahan.

GIRI MENANG, Warta NTB – Kepastian dimulainya mega proyek Bendungan Meninting sudah menunjukkan titik terang. Salah satu dari 222 Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58/2017 itu disosialisasikan langsung oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara 1 kepada warga yang terdampak pembangunan Bendungan yang ditaksir membutuhkan biaya lebih dari 1,4 Trilyun itu.

Bersama Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid beserta jajaran utama BWS NT 1, Selasa (22/1/2019) bertemu dengan sedikitnya 50-an orang warga dari tiga desa yang lahanya menjadi bidang utama area pembangunan bendungan di Aula Kantor Camat Lingsar.

“Per tanggal 31 Desember 2018 lalu, BWS sudah mengikat kontrak dengan konsultan untuk melakukan kegiatan,” ujar perwakilan BWS NT1, I Ketut Kariharta.

Ia mengaku, pihaknya sudah kehilangan waktu kerja setidaknya dua bulan. Untuk itu harapnya, warga dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bisa mempermudah pihaknya dalam proses penggunaan lahan hanya untuk 2 bulan kalender kerja.

“Belajar dari pengalaman proses pembangunan Bendungan Beringin Sila di Sumbawa, warga bersama Pemkab Sumbawa bersedia membuat pernyataan kesediaan. Ada 40 hektar lahan di sana yang belum dibayarkan, tapi warga bersedia lahannya digunakan. Toh kalau apraisal sudah selesai bekerja, pasti dibayarkan ganti ruginya,” kata Kariharta.

Kariharta menambahkan, BWS telah menetapkan Zona Prioritas untuk pengerjaan awal, seperti pembuatan jalan masuk, pembangunan area perkantoran dan gudang alat. Menurutnya pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) pun sudah menuntaskan penyusunan 382 peta bidang di 93 hektar lebih lahan milik masyarakat.

Mengenai pembayarannya, Kariharta memastikan bisa dilakukan pada pertengahan April setelah proses appraisal atau penilaian harga. Untuk tahap awal yang mendesak, sekitar 6 hektar lahan warga berupa kebun yang masuk dalam zona prioritas dan harus siap dalam waktu dekat.

“Sesuai dengan rencana kerja kami, beri kami untuk masuk ke wilayah meninting untuk perencanaan tiga bulan ke depan,” pintanya

Kariharta memastikan anggaran sebesar Rp. 200,35 milyar telah tersedia dan siap dicairkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) Kementerian Keuangan.

Keinginan pihak BWS ternyata tidak langsung diiyakan oleh warga. Walaupun bersedia dan mendukung penuh program pemerintah pusat, warga berharap agar pembayaran dilakukan terlebih dahulu sebelum menyerahkan lahan.

“Dalam pelaksanaan jangan sampai ada hati yang terluka. Paling pas adalah permintaan masyarakat dibayar dulu baru bisa bekerja,” ujar salah satu warga disambut dukungan warga lain.

Hal senada juga disampaikan Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat, Jumarti. “Sangat pas sebenarnya, tuntaskan dulu pembayaran. Jangan menunda-nunda. Kita memang perlu bertemu informal untuk memastikan harga per meter per segi atau per arenya. Jangan sampai masyarakat dirugikan, tapi juga jangan sampai proyek ini tidak berjalan,” kata Jumarti yang juga memiliki lahan yang terkena imbas proyek.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid meminta pertemuan secara informal dengan lebih dari 30 Kepala Keluarga di 3 desa. Mereka adalah pemilik lahan di zona prioritas yang seluas 6 hektar tersebut. Tiga desa itu adalah Desa Bukit Tinggi Kecamatan Gunung Sari, Desa Dasan Geria dan Desa Gegerung di Kecamatan Lingsar.

“Saya pun tidak berani melanjutkan kalau masyarakat tidak membolehkannya,” tegasnya sambil meminta pertemuan informal itu dilakukan dalam dua hari ini.

Namun Bupati berharap agar masyarakat tetap mendukung pembangunan bendungan itu. Ia menilai keberadaan bendungan tersebut akan membantu kesejahteraan masyarakat Lombok Barat.

Bendungan ini diprediksi akan mampu menampung 9,91 juta m3 air yang akan menjadi air baku irigasi pertanian di Kabupaten Lombok Barat, bahkan Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Tengah.

Untuk pertanian, bendungan ini akan mampu mengairi antara 2.600 sampai 4.500 hektar lahan persawahan. Sebagai sumber air baku minum untuk PDAM, bendungan ini diperkirakan mampu menghasilkan 150 meter kubik air per detik. Sedangkan untuk listrik dengan pembangkit tenaga mikro hidrolik, akan mampu menghasilkan 2×0,4 mega watt.

“Di masa mendatang, dengan lokasinya yang strategis dan panorama indah, bisa menjadi destinasi wisata. Dan yang paling merasakan manfaatnya secara langsung adalah warga sekitar bendungan,” terang Fauzan. (WR-H)