Kabar Duka, “Pokoke Maknyus” Itu Telah Pergi

1428
Dengan gaya dan cara mengunyah yang khas, Bondan memperkaya wawasan kuliner pemirsanya. Tidak hanya itu, pemirsa juga akan dibawa menelan ludah, karena seakan ikut merasakan apa yang ia makan.

Jakarta, Warta NTB — Seorang pakar kuliner Indonesia Bondan Winarno tutup usia di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Rabu (29/11/2017) pagi. Pemandu acara televisi wisata kuliner itu kerap melantunkan “pokoke maknyus” untuk mengungkapkan betapa nikmatnya kuliner yang ia cicipi.

Kelahiran Surabaya, 29 April 1950 ini terkenal sebagai seorang dengan “lidah cerdas”. Ia mampu mendeskripsikan dengan rinci bumbu-bumbu dari makanan yang ia nikmati. Tidak hanya itu, ia kerap memaparkan dari asal dari bumbu-bumbu yang digunakan dan membandingkannya dengan makanan serupa dari negara atau daerah lain.

Dengan gaya dan cara mengunyah yang khas, Bondan memperkaya wawasan kuliner pemirsanya. Tidak hanya itu, pemirsa juga akan dibawa menelan ludah, karena seakan ikut merasakan apa yang ia makan.

Kelihaiannya mendeskripsikan rasa dengan baik, kemungkinan besar ia dapat dari pengalamannya menjadi seorang penulis lepas. Ia menulis di berbagai penerbitan seperti Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tempo, Mutiara, Asian Wall Street Journal, dan lain-lain.

Pada 1984-1987 ia menjadi redaktur kepala majalah SWA. Pada 1987-1994 ia beralih menjadi pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut yang berbasis di Seattle Washington, Amerika Serikat.

Sedangkan, antara 1998-1999 ia menjadi konsultan untuk Bank Dunia di Jakarta, dan setelah itu, hingga 2000 ia menjadi direktur eksekutif dari sebuah organisasi pelestarian lingkungan. Kemudian, pada 2001-2003 ia menjadi pemimpin redaksi harian Suara Pembaruan.

Tagar #maknyus Iringi Kepergian Bondan

Bondan saat memandu acara televisi Wisata Kuliner mempopulerkan istilah “maknyus” jika makanan yang dicicipinya enak luar biasa. “Pokoke maknyus,” begitu yang dikatakannya dengan logat Jawa.

Warganet turut mengucapkan duka cita mereka untuk Bondan, yang juga mendirikan beberapa restoran di ibu kota, cuitan tentang “Pak Bondan” hingga siang ini melebihi angka 11 ribu.

Tak lupa warganet menyelipkan #maknyus di antara ucapan duka cita mereka, beberapa menyertakan foto Bondan mengangkat tiga jari sambil membentuk huruf “O” dengan telunjuk dan ibu jari, pertanda “maknyus”.

Kabar Bondan Winarno meninggal dibenarkan oleh pegiat kuliner Arie Parikesit saat dihubungi ANTARA News melalui pesan singkat.

Selain terkenal sebagai pembawa acara kuliner, Bondan juga merupakan pemilik dari kedai Kopi Oey, salah satunya yang terletak di Jalan Sabang atau Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat. Supervisor kedai Kopi Oey Sabang Gunawan mengatakan bahwa Bondan adalah orang yang supel dan ramah.

“Dia orangnya baik, memasyarakat, supel, ramah. Tidak membeda-bedakan anak buah atau bukan,” kata Gunawan saat dihubungi.

Menurut Gunawan, Bondan juga kerap memberi motivasi kepada para bawahannya untuk tetap semangat dalam bekerja.

“Pak Bondan sering berkunjung, melihat progres di sini bagaimana,” tukas Gunawan, yang terakhir bertemu dengan Bondan dua bulan lalu itu.

Tak Pernah Bilang “Maknyus”

Pakar kuliner William Wongso, mengenang sahabatnya Bondan sebagai orang yang turut mempopulerkan makanan Indonesia untuk masyarakat Indonesia sendiri.

“Almarhum Pak Bondan yang memacu masyarakat Indonesia untuk niat mencicipi masakan luar daerah melalui program Wisata Kuliner-Maknyus dan Twitter,” kata William.

William dan Bondan menjadi dua nama rujukan saat berbicara mengenai makanan di Indonesia.

Jika Bondan banyak mengeksplorasi makanan daerah di Indonesia, William menggeluti gastronomi Asia dan Eropa.

Ia pernah beberapa kali mencicipi makanan bersama Bondan sambil bertukar cerita.

“Bondan, kalau icip makanan dengan aku tidak pernah sebut ‘maknyus’ kalau enak, tapi, lebih teknis. Sambil membandingkan pengalaman makanan sejenis, dengan story telling-nya,” kata dia.

Kini, tak ada lagi Bondan Winarno. Ia kembali ke haribaan Tuhan  Yang Maha Esa. Namun ia akan selalu terkenang di hati para pencinta kuliner nusantara berikut ungkapannya, “Pokoke Maknyus”. [ant]