Ini Tiga Insiden yang Terjadi Saat Pawai Budaya Hari Jadi Bima

3037
Tari “Buja Kadanda” yang dimainkan oleh salah satu peserta rombongan pawai budaya hari jadi Bima di depan panggung kehormatan, Kamis (4/7/2019).

BIMA, Warta NTB – Peringatan hari jadi Bima ke-379 tahun 2019 dimeriahkan dengan pawai budaya yang digelar pemerintah Kabupaten Bima, Kamis (4/7/2019). Kegiatan pawai budaya diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai etnik dan perwakilan masyarakat 18 kecamatan se Kabupaten Bima.

Selain itu turut hadir para pejabat teras lingkup pemerintah Kanbupaten Bima, ASN, perangkat daerah, instansi vertikal, BUMN, sekolah dan organisasi mitra kerja pemerintah daerah.  Peserta dilepas Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE dari titik start di lapangan Talabiu, Kecamatan Woha dan finish di kantor Bupati Bima menempuh jarak sekitar 3 kilo meter.

Namun, sebuah acara tentu tidak terlepas dari insiden. Berikut tiga insiden yang berhasil dihimpun wartantb.com saat pawai budaya hari jadi Bima ke-379 tahun 2019.

1. Aksi Demo

Aksi Demonstrasi yang dilakukan sejumlah petani garam Desa Talabiu, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Kamis (4/7/2019)

Kegiatan pawai budaya juga diwarnai aksi demonstrasi. Sejumlah masyarakat Desa Talabiu, Kecamatan Woha yang tergabung dalam petani garam melakukan aksi unjuk rasa di perempetan jalan desa setempat yang jaraknya sekitar 300 meter dari lapangan lokasi pelepasan peserta pawai.

Dalam aksinya sejumlah petani garam mendesak pemerintah dan DPRD Kabupaten Bima untuk menstabilkan harga garam. Mereka menilai merosotnya harga garam yang hanya Rp 5 ribu per karung sangat merugikan petani. Oleh karenanya mereka meminta agar harga garam distabilkan ke harga normal Rp 25 ribu per karung.

Aksi ini tidak berlangsung lama karena dengan cepat difasilitasi oleh pihak keamanan dan pihak terkait lainnya untuk bermediasi dengan pemerintah terkait tuntutan yang akan disampaikan

2. Kuda Gila

Beberapa orang berusaha mengeluarkan kuda dan benhur yang terjebak dalam parit.

Insiden kedua terjadi saat seekor kuda benhur yang dinaiki beberapa orang rombongan tiba-tiba gila dan lari keluar jalur. Kuda benhur itu berhenti setelah rodanya jatuh dan terjebak dalam parit.

Peristiwa itu terjadi persis di depan kantor Laboraturium Penguji di samping kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bima. Beberapa orang terlihat berusaha mengeluarkan kuda dan benhur yang telah terjabak dalam parit.

Dalam insiden ini tidak ada yang dilaporkan terluka. Bersama rombongan benhur yang jatuh juga terlihat Bupati Bima menaiki benhur pertama dan Wakil Bupati Bima Drs. Dahlan M. Noer menunggangi kuda di urutan terdepan bersama Kapolres Bima, Kapolres Bima Kota dan Kajati NTB yang sengaja hadir memeriahkan pawai budaya hari jadi Bima.

3. Kesurupan

Seorang remaja putri yang berdiri di sisi barat panggung kehormatan tiba-tiba pingsan dan kesurupan

Insiden ketiga terjadi saat atraksi reog ponorogo dan sapi barongan yang dimainkan oleh etnis jawa di depan panggung kehormatan. Seorang remaja perempuan yang berdiri di sisi barat panggung  tiba-tiba pingsan dan kesurupan.

Remaja yang belum diketahui namanya itu diduga merupakan salah satu rombongan yang hadir bersama etnis jawa yang memainkan atraksi reog ponorogo dan sapi barongan. Remaja itu sadar setelah salah satu pawang memberikan jampi-jampi dan doa.

Demikian tiga insiden yang berhasil dihimpun wartantb.com saat pawai budaya hari jadi bima ke-379.

Pantauan wartawan di lokasi, ribuan peserta terlihat antusias meramaikan pawai budaya hari jadi bima. Masing-masing rombongan hadir dengan berbagai atraksi, pakaian, kesenian dan seni budaya yang ditampilakan di depan panggung kehormatan yang memukau para penonton yang hadir.

Dalam kegiatan ini para peserta didominasi pakaian rimpu untuk perempuan dan saremba tembe untuk laki-laki, sedang keseniana daerah yang ditampilkan antara lain seperti musik biola, tari wura bongi monca, tari pasapu monca, mpa’a gantao, buja kadanda dan ntumbu tuta serta kesenian lainnya.

Para peserta 15 paguyuban etnis nusantara juga ikut meramaikan acara ini dengan mengenakan pakaian adat daerah masing-masing dan kesenian asal seperti reog ponorogo, sapi barongan dan kesenian lainnya yang cukup menghibur para penonton dan masyarakat sekitar yang memadati kantor Bupati Bima. (WR)