Gotong Royong Ala Warga Nontotera, Ramai-Ramai Pikul Rumah Panggung Saat Pindahan

2578

BIMA, Warta NTB – Menggerakkan warga bersama-sama untuk mencapai tujuan atau dikenal dengan istilah gotong royong, ternyata sudah menjadi budaya di Desa Nontotera, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima sejak dahulu. 

Gotong royong ini terlihat ketika seorang warga setempat butuh bantuan mendadak dan tidak bisa menyelesaikan sendiri. Tradisi ini melibatkan puluhan bahkan hingga ratusan warga kampung.

Salah satu contoh gotong royong dengan kearifan lokal ini adalah budaya memikul dan memindahkan rumah. Rumah seseorang akan dipikul beramai-ramai oleh warga setempat saat berpindah dan digeser dari satu tempat ke tempat lainnya.

Rumah yang dipindahkan biasanya berbentuk rumah panggung. Rumah berbahan kayu yang berlantai papan dan memiliki 12 kaki atau lebih.

Sebelum rumah dipindahkan, warga merakit sejumlah kayu panjang yang melintang disetiap tiang ke sisi tiang lainnya. Warga kemudian mengangkat dan memikul ujung kayu secara bersamaan yang berada di sisi tiang masing-masing rumah.

“Kalau mengangkat itu gampang. Yang agak sulit itu menjaga keseimbangan rumah saat dipindahkan,” ujar Anton, warga Nontotera saat bergotong royong memindahkan rumah Fatimah (Ibu Fu) warga setempat, Minggu, (19/6/2022).

Anton melanjutkan, memindahkan rumah perlu seorang pemandu yang berpengalaman. Biasanya seorang ketua adat atau orang tua.

“Jadi, dia bisa lihat rumah itu diangkat lurus atau tidak, rumah diangkat itu digotong warga sesuai jalur atau tidak itu urusan orang yang dipercaya jadi pemandu,” katanya.

Sebelum rumah dipindahkan, perabotan rumah tangga, seperti lemari maupun barang pecah belah yang terdapat di dalam rumah harus dikeluarkan, untuk menghindari kerusakan.

Setelah rumah dipindahkan, pemilik rumah biasanya menyediakan makanan bagi warga yang telah mengangkat rumah dengan susah payah.

Awalnya, budaya ini dianggap sebagai budaya asli Nontotera. Namun, ternyata di Desa Nontotera sejumlah suku lokal sudah melakukannya sejak dahulu.

Umumnya, warga yang mempraktikkan budaya ini bermukim di pedesaan. Mereka kebanyakan datang dari berbagai kalangan seperti kalangan petani, guru, pemuda dan kalangan lainnya.

“Pemindahan rumah ini menggunakan dua teknik, pertama jika lokasi yang baru tidak jauh dari tempat semula, rumah hanya akan didorong setelah bagian bawah rumah dialaskan kayu,” tutupnya. (RED)