Wartantb.com – Selain keindahan pantainya, Lombok juga memiliki budaya yang potensial, yaitu kain tenun dan kerajinan ketak. Tenun merupakan budaya turun temurun yang dilestarikan oleh penduduk suku Sasak di Lombok. Bagi penduduk asli Lombok, kain tenun mereka mewarnai perjalanan hidup seorang manusia sejak lahir hingga mati.
Tenun Lombok – Nusa Tenggara Barat
Di daerah Lombok Tengah, tepatnya di desa Batujai Kecamatan Praya Barat, tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Para pengrajinnya bernaung dalam sebuah koperasi, yakni Koperasi Wanita Stagen yang diketuai oleh ibu Lale Alon Sari sejak tahun 2006.
Sebagian besar beranggotakan wanita muda hingga para ibu rumah tangga. Inisiatif mendirikan koperasi berawal dari mendengarkan curahan hati perempuan-perempuan Lombok yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga bahkan ditinggal sang suami yang merantau tanpa ada berita apapun sehingga mereka harus mencari nafkah untuk hidup.
Menurut ibu Lale, aturan adat mereka, wanita suku Sasak baru boleh menikah jika sudah pandai menenun. Mereka disyaratkan untuk menenun setidaknya satu helai kain untuk diberikan kepada calon suaminya nanti, sejak usia 12 tahun.
“Saya membuat dua lembar kain untuk calon suami dan dirinya sendiri untuk pernikahan kami. Belajar menenun sudah menjadi kebiasaan di Lombok yang dimulai sejak anak perempuan berusia belasan tahun. Saat ini keterampilan menenun bisa dijadikan pemasukan tambahan untuk ekonomi keluarga,” ujar Bu Lale.
Kerajinan Ketak
Kerajinan khas Lombok lainnya adalah anyaman ketak, mulai berkembang pesat di Lombok sejak tahun 1986. Bahan dasar kerajinan ketak adalah tanaman yang disebut “akar ketak” yang merupakan tanaman dari jenis paku-pakuan yang biasanya menjalar pada tanaman induk. Dari akar Ketak dianyam menjadi pernik pernik perlengkapan makan, tempat tissue, tempat buah, tudung saji.
Di desa Bakan Daya, Kecamatan Janapria, merupakan salah satu desa di Lombok Tengah yang menghasilkan kerajinan ketak. Para pengrajin penghasil kerajinan ketak juga berada dibawah naungan Koperasi Harapan Bersatu, yang digerakkan oleh seorang wanita, ibu Nikmah.
One Village One Program
Samsung Electronics Indonesia menjalankan Program One Village One Project (OVOP) bersama Korean Trade Investment – Promotion Agency dan Kementrian Koperasi & UKM. Dalam program ini, Samsung membekali Koperasi dengan pelatihan pemasaran bisnis online, Samsung Galaxy Tabdan fasilitas alat produksi.
Pelatihan ini diajarkan mulai dari hal yang paling mudah yaitu cara membuat email, memaksimalkan cara memakai akun sosial media dan langkah-langkah membuat fan page, sampai para peserta dapat memanfaatkan sosial media untuk langsung ‘bertemu’ dengan pembeli dari berbagai penjuru dunia, sekaligus memudahkan untuk mencari informasi dan terhubung para penjual bahan material kerajinan tangan mereka. Samsung membuka wawasan dan mengajak mereka meraih peluang baru untuk hidup lebih sejahtera.
Sejalan dengan visi Samsung untuk mewujudkan kemandirian masyarakat, diharapkan dapat memberikan peluang-peluang baru bagi para pengrajin untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. (Samsung)